Thursday, January 26, 2012

1 Menit Baca: Membunuh Mimpi-mimpi Kita


Oleh: Paulo Coelho
Translated by me

Gejala pertama dari proses kita membunuh mimpi-mimpi kita adalah merasa kurang dalam waktu. Orang tersibuk yang pernah saya kenal dalam hidup selalu mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan apapun. Mereka yang tidak melakukan apapun selalu tampak lelah dan tidak memperhatikan hal kecil dalam pekerjaan yang diperlukan untuk dilakukan. Mereka terus mengeluhkan bahwa hari terlalu singkat. Sebenarnya, mereka takut untuk berjuang dalam Perjuangan Mulia.

Gejala kedua dari kematian mimpi-mimpi kita terletak pada kepastian kita. Karena kita tidak ingin melihat kehidupan sebagai petualangan besar, kita mulai berpikir tentang diri kita sebagai bijak, wajar, dan benar menuntut sedikt saja dalam hidup. Kita melihat jauh di balik dinding dari hari-hari kehadiran kita, dan melihat kekalahan besar dan kobaran api dari mata para pejuang. Namun kita tak pernah melihat kesenangan, kegembiraan luar biasa dari hati mereka yang terlibat dalam pertempuran. Bagi mereka, bukan kemenangan atau kekekalahan yang penting; yang cuma penting adalah mereka berjuang dalam Perjuangan Mulia.

Dan, akhirnya, gejala ketiga dari melewatkan mimpi-mimpi kita adalah kedamaian. Hidup seperti suasana minggu sore; kita meminta hal remeh, dan kita menuntut apapun lebih dari yang kita ingin berikan. Dalam keadaan tersebut, kita berpikir tentang diri kita sebagai seorang dewasa; kita mengesampingkan fantasi darah muda kita, dan kita mengejar prestasi pribadi dan pekerjaan. Kita terkejut saat orang seusia kita mengatakan bahwa mereka masih ingin ini dan itu tercapai dalam hidup. Tapi sesungguhnya, jauh di dalam hati kita, kita tahu bahwa apa yang sebenarnya terjadi adalah kita meninggalkan pertempuran untuk mimpi-mimpi kita -- kita menolak untuk berjuang di Perjuangan Mulia.

Saat kita melepaskan mimpi-mimpi kita dan mencari kedamaian, kita melintasi masa ketenangan yang singkat. Namun kematian mimpi-mimpi itu mulai membusuk dalam diri dan menginfeksi keseluruhan kehidupan kita. Kita menjadi kejam terhadap seluruh orang di sekitar kita, dan kemudian kita mulai mengarahkan kekejaman itu kepada diri kita sendiri. Itulah saat kesakitan dan kegilaan muncul. Apa yang kita coba hindari dalam pertarungan - kekecewaan dan kekalahan - menghampiri kita sebab ketakutan kita.

Dan suatu hari, yang mati tersebut, mimpi-mimpi yang terbuang membuat sulit untuk bernapas, dan kita sesungguhnya menuju kematian. Adalah kematian yang membebaskan kita dari kepastian, dari pekerjaan kita, dan dari ngeri kedamaian minggu sore kita.

Perkataan Petrus kepada saya dalam "The Pilgrimage" ke Santiago de Compostela

Sunday, January 22, 2012

Afghani: Tanah Air dan Agama


Yang Dipertuan Barat, cerdik dari kepala hingga ke jari kakinya,
mengajarkan pengertian tentang Tanah Air pada umat beragama.

Ia memikirkan pemusatan kekuasaan, sementara kalian dalam perpecahan 
-- hentikan pembicaraan tentang Suriah, Palestina dan Iraq ini, kawan!

Jika kalian dapat membedakan baik dan buruk, maka
kalian takkan mengikatkan hati pada tanah, batu, dan bata.
Apakah agama? Ialah bangkit dari permukaan debu, sehingga jiwa yang murni dapat menjadi sadar akan dirinya sendiri!

Siapa yang telah mengatakan, "Tiada Tuhan selain Dia," 
tak dapat dipetakan dalam batas-batas tata peraturan yang berbatas ruang.
Batang rumput memang dari tanah, namun
ia membersitkan diri dari tanah itu; sungguh sayang bila jiwa yang murni itu mati di debu!

Meskipun insan berasal dari air dan tanah,
namun air dan tanah, bagai mawar ia menyerap warna dan getah,
sayang bila ia mengelana selamanya dalam air dan tanah ini,
sayang bila ia tak membumbung lebih tinggi dari kedudukan ini!

Raga berkata, "Pergilah ke debu jalan";
jiwa berkata, "Pandanglah dunia yang luas membentang!"
Insan yang berakal budi, jiwa tak dapat dipetakkan dalam batas-batas ruang;
insan yang bebas asing bagi segala belenggu dan antai pengekang,
insan yang bebas mencela bumi yang hitam, karena tak layak elang berlaku bagai tikus yang hina.

Setelempap bumi yang kalian beri nama tanah air,
apa yang dinamakan Mesir, Iran dan Yaman --
antara tanah air ini dan rakyatnya ada suatu hubungan dalam arti bahwa dari tanahnya suatu bangsa dilahirkan;
tetapi bila kalian pandang dengan cermat hubungan ini,
maka ketidakjelasan yang lebih lembut dari sehelai rambut akan kalian dapati.

Meskipun dari Timur matahari memancar,
menampakkan diri lantang dan terang, tanpa cadar,
namun baru kemudian ia menyala dan berkorbar dengan api dalam dirinya
ialah ketika ia melepaskan diri dari belenggu-belenggu Timur dan Barat yang mengikatnya;
mabuk dengan cerlang keagungan ia melesat lepas dari Timurnya
agar ia dapat menaklukkan segala ufuk di bawah pancaran sinarnya;
fitrahnya tak megenal Barat dan Timur,
meskipun menurut nisbahnya, benar ia Sang Timur.

(Kutipan dialog imajiner Afghani dalam Javid Namah oleh M. Iqbal) 

Friday, January 6, 2012

Tanya - Jawab Jodoh


Berikut petikan tanya-jawab saya dengan Ustadz Abdi Kurnia dalam suasana sersan,

(Rz) assalaamu'alaikum ustadz
(AK) wa'alaikum salam

(Rz) hapunteun, abdi hoyong bertanya
(AK) mangga sok

(Rz) kenapa perkawinan itu sering dijadikan obat ampuh untuk mengubah perilaku orang?
(Rz) orang disuruh kawin biar tobat gitulah maksud saya
(AK) Karena Nabi saw bersabda "orang itu bergantung kepada agama kawannya, tanyalah dia dengan siapa ia berkawan" (HR Abu Dawud dan Turmudzi). Bisa berubah karena ada dorongan cinta. Cinta itu menguatkan komitmen moral yang pernah terucap.

(Rz) hahh.. semudah itu
(Rz) itu kan buat kawan bukan buat isteri?
(AK) lho bukannya isteri juga kawan seperjuangan, kawan di tempat tidur, kawan di saat sarapan, kawan di segala keadaan. Pokoknya tiada banding tiada tanding (udah kayak iklan)

(Rz) tapi bukankah Allah menjodohkan orang dgn yg sekufu? klo beda kufu disebut zholim bukan?
(AK) sebelum jawab itu, pertanyaan penting yg harus dijawab lebih dahulu, jodoh itu apa?

(Rz) yang bertanya lebih tahu dari yang ditanya. apa itu ya ustadz?
(AK) ha ha ha

(Rz) jadi apa itu jodoh Stadz?
(AK) sebentar saya lagi jawab soal waris dulu nich, ada yang tanya

(Rz) muhun
(AK) jodoh, itu kadang diartikan pasangan hidup. Mengenai hal ini ada benarnya karena Nabi saw mengatakan di dalam hadits riwayat Muslim, " Ketahuilah, bahwa ruh itu berkelompok2, siapa yang saling kenal dia dekat, siapa yang berbeda akan menjauh". Namun, apa parameter jodoh itu? Cukup banyak.

(Rz) klo ustadz berkenan bisa tolong jelaskan apa saja parameter itu?
(AK)  1. jodoh sering diartikan sama. itu keliru, jodoh itu tidak selalu sama, tapi sebanding dan seimbang. Karena itu makna sekufu, bukan berarti sama tapi sebanding atau seimbang.
(AK) 2. jodoh itu menyempurnakan apa yang kurang dari diri kita. Kalau dia punya potensi yang sama dengan kita, buat apa ada pernikahan.

(Rz) subhanallah... jazzakallah khoir Ustadz
(AK) waiyyakum