Monday, June 25, 2012

3 Kenikmatan Terbesar

Rasulullah  bersabda, "Ada dua nikmat dimana manusia banyak tertipu karenanya, yaitu nikmat kesehatan dan kesempatan"  (HR Bukhari)

Menurut saya dua kenikmatan yang disebut oleh baginda Muhammad saw merupakan dua nikmat terbesar di dunia ini.

Kesehatan adalah pokok kehidupan. Siapa manusia di bumi ini yang dapat menikmati makan, permainan, dan kekayaan saat dirinya sakit? Tidak ada. Kesehatan memungkinkan kita untuk berjalan menikmati hidup di dunia.
Kesempatan atau waktu luang, ini kenikmatan yang sangat absurd yang hanya bisa dinikmati orang yang mengerti akan hakikat hidup dan tujuannya. Definisi kesempatan dan waktu luang pun bisa berbeda-beda menurut orang. Pengertian sederhana dari waktu luang adalah keleluasaan waktu untuk diisi oleh kegiatan yang kita kehendaki.

Setiap orang menginginkan kedua nikmat tersebut, tapi kenapa orang yang mempunyainya malah tidak memanfaatkannya dengan baik? tertipu kata Rasul. Bagi saya ini karena orang gagal memahami kenikmatan utama (the ultimate pleasure) yakni nikmat Iman.

Iman adalah mutiara di dalam hati manusia yang meyakini Allah maha esa mahakuasa. Iman adalah anugerah Allah swt kepada hambaNya. Iman bisa didapat dari jalan lingkungan (lahir, tumbuh pada lingkungan beiman) dan dapat lahir dari akal sehat, usaha intelektual mencari iman. Mengimani Allah adalah kebenaran dan kebenaran adalah daya hidup bagi akal.

Dengan iman, kita percaya bahwa Tuhan sebagai realitas utama (wajibul wujud), sedang manusia hanya realitas nisbi (mumkinul wujud) berada pada kuasa Tuhan. Manusia yang beriman dapat dengan mudah menjawab tiga pertanyaan besar (uqdatul kubro) kaum filosof, dari manakah manusia dan kehidupan ini, untuk apa manusia dan kehidupan ini diciptakan, Akan kemanakah manusia dan kehidupan ini.
Setelah menjawab ketiga pertanyaan tersebut baru kita dapat menentukan aktivitas yang tidak menipu dalam memanfaatkan nikmat sehat dan nikmat waktu luang.

Salah satunya seperti ini,
Muslim percaya bahwa rezeki datangnya dari Allah, bukan dari pekerjaan yang dia lakukan. Saat dia menganggur belum dapat pekerjaan, dia tidak akan cemas akan hal itu. Karena dia tahu, dia hanya diberikan waktu yang lebih luas untuk dapat melakukan aktivitas yang diinginkannya. Maka dalam menganggurnya itu dia memanfaatkan waktu dengan kegiatan positif yang bisa dia lakukan. Dari kegiatan-kegiatan positif itu insyaAllah akan dibalas oleh Allah dengan memberinya rezeki minimal untuk menegakkan tulang punggung melakukan kegiatan positinya kembali. Itu minimal. dan Allah tidak pernah memberi balasan hambanya dengan pas-pasan. Maka bagi saya, menganggur adalah soal mental.