Ada banyak cerita, ada banyak orang, ada banyak tema, ada banyak banget yang saya denger, lihat, dan rasakan. Saking terpukaunya saya dengann acara tersebut sampe2 kapan-kapan saya ingin mengajak semua yang saya kenal untuk berkunjung ke acara tersebut.
"Klo pun saya mesti mengajak wanita keluar, yang pertama kali mesti gw ajak yakni ke kenduri cinta."
Tahu acara ini sih dah agak lama mungkin setahunan lebih, tapi baru saya datangin pas agustus tahun lalu. Hasrat untuk datang muncul setelah saya membaca buku baru yang masih ter-display di perpustakaan, Jalan Sunyi Emha. Saya baca banyak testi orang yang memuji emha dan acara kenduri cinta sebulan sekali yang dah selama 8th berjalan rutin. Dari sini my curiousity keluar.
Tanpa tahu temanya apa, acaranya seperti apa, jalan sama siapa, panggungnya dimana, belum pernah ke TIM sebelumnya, saya nekad jalan sendiri ke KC di Taman Ismail Marzuki jam8an. Acara mulai dari jam 9 malam, selesai jam setengah 3 pagi. Sepengalaman saya ikut seminar/kajian yang berlangsung 2 jam penuh saya mesti ngantuk kadang tertidur di bangku. tapi acara yang begitu panjang selama 6 jam, dari malam sampai dini hari saya sama sekali gak ngantuk, semua acara saya simak dengan baik. Setelah pembukaan dengan shalawat dari kaset, acara masuk ke diskusi. Diawali omongan beberapa pembicara yang terlihat familiar cukup sering muncul di tv, pengamat politik, pengurus ADB, peneliti. Lanjut ke tanya jawab audien dengan pembicara. Tema awal pembahasan tentang kemiskinan, tapi terus lari ke lapindo, kemudian lari lagi ke pilkada, lari terus ke mana aja, dll., ke semua masalah bangsa. Bagi saya yang menarik dari diskusi ini bukan dari omongan pembicara tapi pertanyaan, komentar, sumbang saran dari setiap pengunjung yang datang, celoteh rakyat kecil. Banyak definisi makna dan pandangan baru yang arief keluar dari kesederhanaan hidup. Dari teman2 KC banyak mengelaborasi definisi alternatif ttg kemiskinan. Orang dikatakan miskin kalau seseorang tersebut, (1) Mental spritualnya lemah, (2) Gak punya skill, (3) Gak bisa beradaptasi dengan cepat (saya lupa poin persisnya). Selingan ada musik Rock & Roll Remedy (anak IKJ) dan akustik dari Mbah Surip ditemani Bertha (pelatih vokal). Salah satu lagu hits berjudul ‘Mak Erot’. Melihat Bertha begitu akrab dengan mbah surip yang mungkin kliatan dr luar agak setengah gila, rambut panjang gimbal, jarang mandi, senyam-senyum gak jelas. Tp emg, kemampuan seni musiknya luar biasa. 00.30 Emha naik panggung. ditemani beberapa pengungsi lumpur lapindo. Fokus hanya pada tema penyelesaian lumpur lapindo. Emha memimpin sidang besar untuk mencari solusi terbaik. Di pendahuluan Emha, cerita langkah-langkah strategis yang telah diambilnya sejak ia dikasih mandat oleh korban lapindo untuk membantu mcari penyelesaian. Setelah itu, tiap hadirin diminta sumbang saran apa yang mesti dilakukan buat menyelesaikan masalah lapindo. Dari interaktif tanya-jawab, yang agak konyol dari pemuda jawa berikat kepala maju ke depan bilang, “Biar saya aja yang lunasin smw ganti rugi lapindo, bahkan smw utang Negara” pengunjung kaget terdiam terpukau, pas ditanya gimana caranya, “ya pokoknya biar saya yang lunasin, bisa! pasti bisa!” “Beri saya 5 menit. bisa, tenang aja.” sama Emha terpaksa dipotong paksa kemudian dipersilahkan ke yang lain untuk bicara. Suasananya bener-bener mirip sidang besar! Ada beberapa omongan Emha yang gak bisa saya ngerti karena menggunakan bahasa jawa, terutama kalau lagi ngeluarin lelucon rumah tangga, tentang hubungan suami-istri. Baru kali ini saya lihat forum, semua elemen bangsa ada, miskin, kaya, terpelajar, bodoh, gelandangan, politikus, dan seniman jadi satu ngomongin masalah bangsa dengann terbuka ada sekitar 100-150an orang. Di halaman parkir depan TIM beratap tenda. Selesai pukul 2.30. Agak bingung mo tidur apa gak, klo tidur mo dimana, klo gak tidur mo kemana? Saya putusin untuk jalan-jalan keliling Tapi mungkin karena itu juga saya jadi lihat fenomena yang tidak pernah saya lihat kecuali di TV. Sempet ketemu sama wanita-wanita cantik di pinggir jalan, 20 tahunan mungkin mahasiswa, bertransaksi tawar-menawar dengann cowo-cowo di mobil, ‘mas kami maunya pake kondom. pake kondom durex atau sutra’, dan beberapa pembicaraan yang saru. “Untung saya gak ditawarin (lah i ya lah jalan kaki gitu), kalo ditawarin wah bisa berabe urusan….. [pengeen].” Pemandangan lainnya yakni, orang dengan rajinnya bekerja di pagi buta nyapu jalan protokol untuk menjaga keindahan kota tempat lau-lalang orang-orang kaya. Orang-orang kayak gini dulu saya cuma tahu dari buku cerpen. Jalan muter-muter selama 2jam lebih, akhirnya sampe juga di Istiqlal. Setelah sholat Subuh langsung jalan ke Stasiun Djuanda. Sesampainya di stasiun, ’wah sial! kereta ke bogor baru ada pagi pukul 6.’ Mau balik lagi ke masjid malas banget, terpaksa nongkrong terkantuk-tertidur di stasiun. Akhirnya pulang terus tidur ampe siang setelah dugem di tengah kota!
No comments:
Post a Comment