Sunday, November 8, 2009

Past Present Perfect Travel

Alhamdulillah, All praise and thanks unto Allah. finally, I traveled around interesting places in kediri. Accompanied with miss Zee, my kind nice new firend. This the first time we met after for weeks we only communicate via facebook and sms, people usually call it "Kopi Darat". Miss Zee is Kedirinese, he lived in Papar. My friend Oki was introduced me to Miss Zee.

Our start point is in Garuda Park at 8 a.m. because some technical problem, we late a few minute to met each other. First, I want to explain about Garuda Park, GP. GP is an intersecting street that have a Garuda monument on the center. Outer people that study in Pare must know and has been there to gather with their couple or friend in the night, except me.

The travel continues, we went to Simpang Lima Gompol. SL is a monument of farmer. According to the plan this site will be built a center of shoping, etc. It's so windy there. Maybe if my weight was 10 kg lighter, i'll fly by the wind. The site only have a monument and surrounded by intersecting street. Afraid if we had a cold, we went to selomangleng soon.

To get to Silomangleng we have to use public transport twice. First we stop in Stadion of Brawijaya, the home of Persik Kediri (somewhen me and my friends will enter it when persik kediri play), then from there we drive up to Selomangleng. It's a long drive.

Selomangleng is a nature tourist area in west kediri. This area is also a place of kingdom of kediri in about 8 M. The interesting object are airlangga museum, water park, a cave of dewi kilisuci, the hill of Maskumambang. We challenge ourselves to walk up to the hilltop. Me and Zee must rest several times im steps up to the top. “Zee come on, you can make it!” Fortunately, she didn’t surrender. Great! We need half an hour to reach the top. I dont know how many steps were there, because we so tired to count the steps.

At the top the views are very beautiful, I feel that we and the horizon are in the same place. Me are the horizon, and the horizon are me. The limit of horizon that we see, are ended in ourselves. So awesome, what in the heaven am I?

From Selomangleng, we went to the shopping center in Kediri, Sri Ratu Plaza. The plaza is big enough but not big enough like what we call plaza in Jakarta. This is perfect, "setelah kita mendaki bukit di selomangleng, kita tawaf di moll".

Miss Zee looked for Naruto equipment for his little brother while I looked for a natural beauty views.
We ended our journey in a place to eat meatballs. there's an unique story about me, meatballs, and my friend. I only eat meatballs in three condition, when i am with my friend named Oki, when i am with my friend's friend named Oki, and when i am with my friends' friend named Oki. Damn Oki who was affected me to eat meatballs.

Walking on the street, talking anything in bus, what a fast travel! (if we dont want to say rush).
Thank you very much miss Zee, you have been so kind to me. Can't wait for the next travel!

Friday, May 22, 2009

Menilik: Kelangkaan Sumber Daya Sebagai Persoalan Utama Ekonomi

Pada masa-masa Pemilu 2009 sekarang, ekonomi menjadi tema sentral dalam jargon-jargon kampanye. Berbeda dengan Pemilu 2004 yang lebih banyak berkisar tentang kharisma individu calon presiden (capres) dengan bernyanyi-nyanyi.

Capres SBY-Boediono mengusung ekonomi berkeadilan, Capres Mega-Pro mengangkat ekonomi kerakyatan, dan Capres JK-Win menamakan dengan ekonomi pro-rakyat. Mana yang baik?

Ketiga jargon tersebut yang diusung oleh para capres tampak sama saja dan saru, karena tidak ada yang mengaku menamakan dirinya sebagai ekonomi liberal ataupun ekonomi sosialis. Sehingga sering kita lihat dalam diskusi-diskusi di televisi, perdebatan yang tak pernah berujung antara ketiga kebijakan ekonomi yang diusung para capres.

Memang pada prakteknya kedua mazhab ekonomi itu – ekonomi liberal ala Adam Smith ataupun ekonomi sosialis ala Karl Marx – tidak ada yang benar-benar secara murni diamalkan oleh negara-negara di dunia. Telah terjadi pinjam-meminjami instrumen ekonomi.

Namun, baik ekonomi liberal ataupun ekonomi sosialis mendasarkan dirinya pada konsep kelangkaan sumber daya. Definisi dari ilmu ekonomi itu sendiri adalah penyelidikan tentang bagaimana masyarakat mengatur kelangkaan sumber daya (resources) (Mankiw, 2006). Jika ekonomi liberal membebaskan setiap individu dan perusahaan (yang disamakan dengan individu) mengelola dan memiliki sumber daya, sebaliknya ekonomi sosialis menyerahkan pengaturan sumber daya kepada negara.

Dari kelangkaan sumber daya ini, para ekonom meninjau bagaimana masyarakat mengambil keputusan mengenai berapa banyak mereka bekerja, apa yang mereka beli, berapa banyak yang mereka tabung, dan berapa yang akan mereka investasikan. Dalam pendekatan ini, manusia adalah orang yang selalu ketakutan akan makan dan pakaian pada esok hari. Segala aktivitas manusia hanya ditujukan pada berebut-rebut kelangkaan sumber daya.

Pandangan bahwa sumber daya adalah langka, sungguh tidak dapat diterima oleh keyakinan Islam. Karena Tuhan, yang menciptakan manusia dan seluruh alam, telah menjamin rezeki kepada tiap-tiap mahluk ciptaan-Nya. Dalam banyak ayat Allah berfirman a.l.:

”Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (Q.S. Al-Furqon: 2)

”Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?" Katakanlah: "Allah"” (Qs. Saba’: 24)

”Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah” (Qs. Al-Nisa’: 40)

Ketika manusia meyakini bahwa dirinya ada yang menjamin tentang masalah rezeki, usaha-usaha dalam dirinya dapat diberikan pada tempat yang lebih mulia. Mencari makan bukan untuk memenuhi perut yang lapar an sich, namun mencari makan untuk dapat menegakkan punggungnya untuk mengabdi kepada Tuhan. Menjalankan bisnis bukan untuk menumpuk kekayaan guna mengikuti gaya hidup, melainkan mengumpulkan kekayaan untuk dapat memberikan bantuan sosial.

Kelangkaan sumber daya juga dapat dilihat sebagai hasil dari kebutuhan yang timbul dari keserakahan manusia yang tidak pernah puas atas segala sumber daya yang telah didapat. Maka persoalannya bukan pada sumber daya yang telah disediakan oleh Tuhan secara tepat menurut kadarnya melainkan ketamakan yang telah menguasai pikiran dan tindakan manusia.

Dari pemenuhan kebutuhan yang tidak akan pernah terpuaskan, lahir bentuk-bentuk alat pemenuhan kebutuhan yang berlapis-lapis dengan ragam istilah, primer, sekunder, tersier, lux, VIP, dan VVIP. Kehidupan tersebut mengandaikan bahwa manusia paling mulia adalah orang yang dapat memiliki alat pemenuhan teratas.

Apakah benar itu yang dibutuhkan manusia? Atau itu hanya keserakahan manusia?

Menurut Siddiqi (1991), kebutuhan-kebutuhan yang sempurna menurut Islam dapat diringkas sebagai berikut:

  1. Memenuhi kebutuhan hidup seseorang secara sederhana
  2. Memenuhi kebutuhan keluarga
  3. Memenuhi kebutuhan jangka panjang
  4. Menyediakan bekal untuk kebutuhan keluarga yang ditinggalkan
  5. Memberikan bantuan sosial dan sumbangan kepada jalan Allah.

Tujuan-tujuan pemenuhan kebutuhan tersebut bukan hanya diperbolehkan dalam Islam, bahkan dianjurkan, sebagian dapat menjadi wajib pada kondisi dan situasi tertentu

Setiap orang yang secara berlebih-lebihan menggunakan sumber daya, dia telah mengambil hak manusia lain untuk menggunakan sumber daya yang dibutuhkan.

”Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu (kikir) pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya (boros) karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (Qs. Al-Israa’: 29)

”Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (Qs. Al-Nisa’: 79)

Oleh itu, pembahasan bentuk sistem dan instrumen ekonomi yang benar dalam Islam, perlu untuk memperhatikan tujuan dan pandangan hidup yang benar dalam Islam. Karena amal perbuatan yang benar secara syariat jika tidak dilakukan dengan semangat dan tujuan yang benar tidak dapat dikatakan benar menurut Allah swt.

Pada setiap bangunan yang megah, sesungguhnya terdapat pondasi yang kokoh sebagai tempat berpijaknya. Ekonomi sebagai satu aspek dari banyak aspek dalam bangunan peradaban Islam, dalam pengembangannya memerlukan pondasi yang kokoh yakni pandangan hidup Islam yang lahir dari Iman dan Ilmu yang bersandarkan pada wahyu. Dengan pandangan hidup Islam juga muslimin seharusnya memilih calon presiden.



Senarai Pustaka:
Mankiw, G. (2006). Principles of Economics 4th ed. Ohio: South-Western College Pub.
Siddiqi, M.N. (1991). Kegiatan Ekonomi Dalam Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Monday, May 18, 2009

Kata Pengantar dan Ucapan Terima kasih

Skripsi ini merupakan satu dari sedikit skripsi tentang manajemen sumber daya manusia (MSDM) yang ada di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI). Aspek MSDM yang menjadi pokok bahasan dalam skripsi ini adalah kepemimpinan, manajemen perubahan, dan budaya organisasi. Dari setiap atau bauran dari ketiga aspek ini, banyak penelitian dalam bentuk skripsi dan tesis yang telah dilakukan. Penulis mengambil bagian kecil dari aspek yang belum dibahas dalam karya akhir di lingkungan sivitas akademika Universitas Indonesia, dengan pertanyaan penelitian, “apakah terdapat hubungan antara persepsi bawahan terhadap perilaku kepemimpinan atasan dengan sikap terhadap perubahan budaya organisasi?”

Skripsi ini adalah usaha penulis memberikan sedikit sumbangan intelektual atas perkembangan disiplin ilmu manajemen konsentrasi sumber daya manusia. Atas kekurangan yang terdapat didalamnya menjadi koreksi bagi penulis dan ceruk perbaikan bagi penelitian selanjutnya.

Selanjutnya, rasa syukur dan puji penulis panjatkan kepada Dzat Mahakuasa, Seru Sekalian Alam, Allah swt., yang telah dan pada setiap saat ‘ini’ memberikan penulis hidup, kehendak, dan kemampuan berpikir, dalam bimbingan cahaya kesempurnaan kekasih-Nya, mahluk yang dengan cahayanya semesta diciptakan, Muhammad saw. Semoga doa dan salam Allah atasmu dan keluarga.

Dalam setiap helai kelopak bunga dan semerbak wangi yang dipancarkan olehnya, penulis haturkan terima kasih kepada Ibunda Hikmawati, Ibu, yang telah memberikan penulis hidup, menegakkan punggung, melangkahkan kaki, menampung setiap keluh-kesah untuk kemudian menggantikannya dengan kasih sayang, yang rela menebus dirinya dengan kepayahan dan air mata sehingga penulis dapat tegap menelusuri jalan kehidupan, mampu pongah terhadap muslihat dunia, dan mencoba teguh berpegang pada kebenaran. Dan kepada Ayahanda Afrin, Ayah, atas kepercayaan penuh yang diberikan kepada penulis sebagai “anak sejati”. Semoga ananda dapat mempersembahkan yang terbaik kepada Ayah dan Ibu.

Skripsi ini tidak akan bisa selesai tanpa bantuan dan dukungan oleh pembimbing skrispi yang telah memberikan arah dan pencerahan dalam pengerjaan skripsi ini, Mone Stepanus Andrias, S.E., M.Psi.T., untuk itu penulis sampaikan terima kasih banyak kepada beliau. Demikan juga kepada para dosen penguji sidang, dan dosen-dosen FEUI yang telah mengajarkan kepada penulis disiplin ilmu ekonomi dan manajemen. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada Mas Adjie untuk segala bantuan dan informasi yang diberikannya dengan sepenuh hati.

Kepada kakak ipar penulis, Mohammad Noer, S.E., terima kasih banyak telah memberi jalan ke obyek penelitian dan dukungan besar yang diberikan kepada penulis, sebagai ngarai yang membawakan sungai untuk kehidupan seiringannya. Terima kasih juga kepada pihak PT. XYZ, Pak Irwan, dan Pak Budi Santoso yang telah sangat membantu dalam menyebarkan kuesioner.

Tidak lupa penulis sampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada seluruh keluarga penulis, Kakak Nurul dan banyak anaknya, Alfath, Aslam dan Halim, Bang Obon dan Isteri, dan Dian adik tersayang.

Penulis turut sampaikan terima kasih banyak kepada kawan-kawan yang telah memberikan hadiah terbaik semasa kuliah berupa makna dan bahagia yang penulis temui selama kuliah, baik kawan yang dihubungkan oleh tali organisasi dan fakultas maupun kawan yang terikat erat tali hati antarpribadi.

1. Kawan-kawan Etos Jakarta, Sapii, Ivan, Insan, Sowam, Fauzan, dan semua etoser yang tidak dapat disebut satu per satu. Demikian juga untuk para pengurus Dompet Dhuafa Republika, Pak Veldy dkk., yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk dapat menjadi insan mandiri dan bermanfaat bagi orang lain.

2. Kelompok Studi Mahasiswa (KSM) eka prasetya UI, kelompok suka menggosip (KSM), kawan-kawan peneliti, penulis, dan pengkaji fenomena politik, sosial dan budaya dengan teori-teori kompleks dari scholastic s.d. postmo, namun gagal menyelesaikan persoalan jomblo massal yang ada di dalam kelompoknya sendiri. Babaw sebagai tempat curhat masalah SPSS, Krisjul, Herman, Anny, dan special thanks untuk Dyah yang terus memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

3. Bang Taufik dan Bang Sukanto yang penuh semangat dan terus aktif di SIKAT dan Aliansi Mahasasiwa untuk mengembalikan orang yang tersesat dan membasmi gerakan-gerakan sesat-menyesatkan. Terima kasih sudah mengajak penulis ikut dalam tim elit, keluar-masuk kampus, malja, dan markas.

4. Para anggota, pengurus, dan pelatih perguruan Wushu Gerak Naga, Fajar, Puteri, Kak Ahmad, dan Ias sebagai rekan bertarung abadi. Xiexie atas medali emas yang telah penulis dapatkan. Demikan juga untuk adik-adik seperguruan penulis di UI, Nurul, Rhani, Sigit, dan Didi yang sudah terlalu senior untuk dibilang adik, tetap semangat semua, Insya Allah kita bisa mendirikan wushu di UI.

5. Organisasi di penghujung kuliah, penghulu aktivitas aktivisme, pemikiran, dakwah dan canda, Komunitas Nuun dan/atau Depok Islamic Study Circle (DISC) yang dikawal oleh Ridho, Shubhi, Rijal, Faun, Arief, dan Firman yang betah berdiskusi memamah remah pemikiran para sarjana muslim dan menyingkap pandangan hidup Barat, sampai semua pedagang Kansas tutup, tukang sekoteng pulang keliling, dan tetangga sebelah pemilik bunga menegur. Semoga apa yang kita lakukan, pondasi ilmu yang kita pupuk, diatasnya dapat berdiri bangunan peradaban Islam.

6. Semua kawan-kawan kuliah, rushli, lukman, dwi, dan Agus serta kawan-kawan lainnya yang tergabung dalam HMI Komisariat FEUI, yang telah menjadi teman bermain dan berdiskusi materi kuliah.

Akhir kata,

“Adabanirobbi fa-ahsana ta’dibi”

Hamba diberi pendidikan (adab) oleh Rabbku, maka Dia menjadikan adab (pendidikan)-ku yang terbaik.

Menjadi hutang bagi penulis kepada Allah SWT

menjadi manusia yang baik


.

Jakarta, 13 April 2009

Penulis,


Reza Baizuri

Thursday, May 14, 2009

Puisi Buya Hamka untuk Pak Natsir

Kepada Saudaraku M. Natsir
Meskipun bersilang keris di leher
Berkilat pedang di hadapan matamu
Namun yang benar kau sebut juga benar
Cita Muhammad biarlah lahir
Bongkar apinya sampai bertemu
Hidangkan di atas persada nusa
Jibril berdiri sebelah kananmu
Mikail berdiri sebelah kiri
Lindungan Ilahi memberimu tenaga
Suka dan duka kita hadapi
Suaramu wahai Natsir, suara kaum - mu
Kemana lagi, Natsir kemana kita lagi
Ini berjuta kawan sepaham
Hidup dan mati bersama -sama
Untuk menuntut Ridha Ilahi
Dan aku pun masukkan
Dalam daftarmu …….!

Saya juga, tolong masukkan ke daftar itu …….!

Wednesday, April 8, 2009

Dialektika Zainuddin dan Hayati

Perkataan Zainuddin di dalam suratnya kepada Hayati ketika mendengar khabar tunangan Hayati dengan Aziz.

[….] Ah Hayati, kalau kau tahu! Agaknya belum pernah orang lain jatuh cinta sebagaimana kejatuhanku ini. Dan bila kau alami kelak agaknya tidak juga akan kau dapati cinta sebagai cintaku. Cintaku kepadamu lebih dari cinta saudara kepada saudaranya, cinta ayah kepada anaknya. Kadang-kadang derajat cintaku sudah terlalu amat naik, sehingga hanya dua orang yang menandingi kecintaan itu, pertama Tuhan dan kedua mati. [....]

[….] Ketahuilah, bahwasanya orang yang akan menyukai kecantikanmu dalam dunia ini akan banyak bertemu. Orang yang menambah kemuliaanmu dengan harta-bendanya bukan sedikit. Tetapi yang akan cinta kepadamu sebagai cintaku, sungguh engkau tak akan bertemu, percayalah perkataanku, percayalah ! [....]

[….] Jangan sampai terlintas dalam hatimu, bahwa di dunia ada satu bahagia yang melebihi bahagia cinta. Kalau kau percaya kebahagian selain cinta, celaka diri kau. Kau menjatuhkan ponis kematian ke atas diri kau sendiri ! [….]

 

Jawaban Hayati kepada Zainuddin setelah tiga kali berturut-turut Zainuddin mengirimkan surat tentang kedukaannya yang sangat mendengar pertunangan Hayati.

[....] Kita akan sama-sama menangis untuk sementara waktu, laksana tangis anak-anak yang baru keluar dari perut ibunya. Nanti bilamana dia telah sampai ke dunia, dia akan insaf bahwa dia pindah dari alam yang sempit ke dalam alam yang lebih lebar. Kelak tuan akan merasai sendiri bahwa hidup yang begini telah dipilihkan Allah buat kebahagiaan tuan. Allah telah sediakan hidup yang lebih beruntung dan lebih murni untuk kemaslahatan tuan di belakang hari.

Tuan kan tahu bahwa saya seorang gadis yang miskin dan tuanpun hidup dalam melarat pula, tak mempunyai persediaan yang cukup untuk menegakkan rumah tangga. Maka lebih baik kita singkirkan perasaan kita, kembali kepada pertimbangan. Lebih baik kia berpisah, dan kita turutkan perjalanan hidup masing-masing menurut timbangan kita, mana yang lebih bermanfaat buat dihari nanti. Sayapun merasai sebagai yang tuan rasakan, yaitu kesedihan menerima ponis itu. Tetapi tuan harus insaf, sudah terlalu lama kita mengangan-angan barang yang mustahil, baik saya ataupun tuan.

[....] Dan saya harap tuan lupakanlah segala hal yang telah berlalu, maafkan segala kesalahan dan keteledoran saya, sama kita pandang hal yang dahulu seakan-akan tidak ada saja. [....]

 

Perkawinan Hayati dengan Aziz tetap berlangsung, dan Zainuddin hanya bermenung terus di dalam kamar. Setelah dua bulan lamanya Zainuddin terkulai di atas kasur, dia kemudian bangkit menginsafi diri, lalu berpindah ke pulau Jawa. Sukses sebagai penulis.

Setelah dua tahun hidup bersama Aziz di Padang Pandjang, Hayati mulai melihat sifat asli dari Aziz setelah mereka berpindah ke pulau Jawa, menuruti pekerjaan Aziz. Rumah tangga keduanya runtuh. Aziz yang jatuh miskin akibat ulahnya sendiri, meminta berlindung di balik bahu Zainuddin; diterima dengan baik. Sampai pada suatu ketika Aziz mengambil jalan pintas mengasingkan diri, meninggal, dan menyerahkan Hayati kepada Zainuddin. Hayatipun meminta kepada Zainuddin menerima dirinya.

[....] “Maaf? Kau meminta maaf Hayati ? setelah segenap daun kehidupanku kau regas, segenap pucuk pengharapanku kau patahkan, kau minta maaf ?

[….] Hampir saya mati menanggung cinta, Hayati! Dua bulan lamanya saya terletak di atas tempat tidur. Kau jenguk saya dalam sakitku, memperlihatkan kepadaku bahwa tangan kau telah berinai, bahwa kau telah kepunyaan orang lain.

Siapakah diantara kita yang kejam, hai perempuan muda? Saya kirimkan berpucuk-pucuk surat, meratap, menghinakan diri, mohon dikasihani, sehingga saya, yang bagaimanapun hina dipandang orang, wajib juga menjaga kehormatan diri. Tiba-tiba kau balas saja dengan suatu balasan yang tak tersudu diitik, tak termakan diayam. Kau katakana bahwa kau miskin, sayapun miskin, hidup tidak akan beruntung kalau tidak dengan wang. Sebab itulah kau pilih hidup yang lebih senang, mentereng, cukup wang. Berenang di dalam mas, bersayap wang kertas. [….]

[….] Tidak! Pantang pisang berbuah dua kali, pantang pemuda makan sisa!”

 

Sebelum pulang ke kampung halaman menggunakan Kapal Van Der Wijck, Hayati menuliskan surat kepada Zainuddin.

Pergantungan jiwaku, Zainuddin !

Kemana lagi tempatku bernaung, setelah engkau hilang pula dari padaku, zainuddin. Apakah artinya hidup ini bagiku kalau engkaupun telah memupus namaku dari hatimu!

Sungguh besar sekali harapanku hendak hidup di dekatmu, akan berkhidmat kepadamu dengan segenap daya dan upaya, supaya mimpi yang telah engkau rekatkan sekian lamanya bias makbul. Supaya dapat segala kesalahan yang besar-besar yang telah kuperbuat terhadap kepada dirimu saya tebusi. Tetapi cita-citaku itu tinggal selamanya menjadi cita-cita, sebab engkau sendiri yang menutupkan pintu di hadapanku: saya kau larang masuk, sebab engkau hendak mencurahkan segala dendam kesakitan yang telah sekian lama bersarang di dalam hatimu, yang selalu menghambat-hambat perasaan cinta yang suci. Lantaran membalaskan dendam itu, engakau ambil suatu keputusan yang maha kejam, engkau renggutkan tali pengharapanku, pada hal pada tali itu pula pengharapanmu sendiri bergantung. Sebab itu percayalah Zainuddin, bahwa hukuman ini bukan mengenai diriku seorang, bukan ia menimpakan celaka kepadku saja, tetapi kepada kita berdua. Karena saya percaya, bahwa engkau masih tetap cinta kepadaku.

Zainuddin! Kalau saya tak ada, hidupmu tidak juga akan beruntung, percayalah ! [....]

Thursday, March 26, 2009

Tadbir dan Adab Sebagai Kerangka Teori Manajemen Islam

Maklum di khayalak ramai, terutama khayalak dengan latar pendidikan ekonomi atau yang berkecimpung di area bisnis, ketika ditanyakan, “apa itu manajemen?” Maka mereka akan kompak menjawab, “manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan (PODC, dalam istilah lebih popular POAC) sumber daya perusahaan untuk mencapai sasarannya”(2). Menurut KBBI dan Kamus Encarta juga mirip seperti itu.
Berbeda dengan jawaban diatas, Peter Drucker menyatakan, “Management is about human beings”(3). Manajemen berkisar pada aktivitas manusia untuk mampu mengerjakan tugasnya, untuk membuat kekuatannya efektif dan kelemahannya tertutupi. Dengan pengertian Drucker, manajemen inheren ada pada manusia, dan bukan lahir dari Perang Dunia I ketika banyak negara sedang berpikir tentang “manajemen” menyerang dan mempertahankan diri dari serangan negara lawan. Oleh itu, pengertian yang benar akan manajemen perlu untuk dipahami oleh praktisi manajemen, dalam kasus ini, semua manusia.

Konsep Tadbir
Manajemen, administrasi, governance, dalam bahasa arab sebagai salah satu arti dari kata “tadbir”, bentuk masdar (verbal noun) dari kata kerja “dabbara al-‘amr”, untuk menyelesaikan urusan sampai akhir. Pengertian istilah yang komprehensif diberikan oleh al-Sayyid al-Sharif ‘Ali al-Jurjani (w. 816 H) dalam kitabnya al-Ta’rif: “al-tadbir al-nazar fi al-‘awaqib bi ma’rifat al-khayr”, menguji/memeriksa akibat-akibat (hasil) dengan mengetahui apa yang baik. Dan, menaruh perkara dengan pertimbangan ilmu tentang akibat-akibat yang dihasilkan (Ijra’ al-‘umur ‘ala ‘ilm al-‘awaqib).
Zaidi merumuskan kembali definisi tadbir sebagai: “pertimbangan seksama intelektual atas akibat (hasil) dari sebuah urusan, kemudian diikuti dengan implementasi jika akibat tersebut adalah baik-tepat atau penolakan jika hasil diperkirakan akan buruk.”(4)
Dengan pengertian tersebut, ada dua aspek penting tadbir dalam pemahaman pemikir muslim otoritatif: Satu, sentralitas hasil akhir (outcomes) dan proses menuju kepadanya, yang oleh itu disebut tadbir. Dua, proses yang dilakukan dan tujuan yang diharapkan merupakan sesuatu yang baik (khayr). Baik bukan dalam arti memilih sesuatu diantara banyak pilihan, tetapi baik dalam arti mencari yang tepat-baik (praiseworthy). Disini, tadbir didasarkan pada adab.
Kata tadbir memang tidak digunakan dalam Al-Qur’an, namun bentuk kerjanya yudabbir diulangi dalam 4 ayat (10: 3, 31; 13: 2; 32: 5).
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. (QS. al-Sajdah : 5)


Konsep Adab
Adab dalam pengertian dasar berarti undangan kepada suatu perjamuan (banquet). Suatu perjamuan menyiratkan bahwa tuan rumah telah mengundang para tamu yang memang pantas untuk sebuah perjamuan. Sebagaimana perkataan Ibn Mas’ud tentang al-Qur’an: “Sesungguhnya al-Qur’an ini adalah undangan Allah kepada suatu perjamuan ruhaniah di bumi, dan pencapaian ilmu tentangnya berarti memakan makanan yang baik di dalamnya.” Makna adab diperluas menjadi sebuah disiplin
Berkait pada makna adab, terdapat hikmah, adil, dan kebenaran (haqq). Haqq adalah kebenaran dan realitas sekaligus. Hikmah dalam terminologi yang berarti pengetahuan (ma’rifah) yang tegas dan pasti. al-Attas mengistilahkannya sebagai batas ilmu pengetahuan. Adil mempunyai makna untuk menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dengan demikian, untuk dapat menjadi adil seseorang harus melalui pintu hikmah.
Dengan pengertian akan kata-kata kunci tersebut, makna adab diperluas secara lugas sebagai: “pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hierarkis sesuai dengan berbagai-bagai tingkat dan derajat-tingkatan mereka dan tentang tempat sesorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat itu serta dalam hubungannya dengan hakikat-realitas itu serta dengan kapasitas dan potensi jasmaniah intelektual maupun ruhaniah seseorang.”(5)
Manusia sebagai sebuah alam kecil (mikrokosmos) mempunyai dua aspek al-nafs al-natiqah (jiwa rasional) dan al-nafs al-hawaniyyah (jiwa hewaniah), mempunyai tuntutan untuk dapat menerapkan adab pada dirinya sendiri, yang menurut perumpamaan al-Ghazali dalam kitab ‘Ajibul Qulub sebagai sebuah pengaturan “Negara” di dalam diri. Sehingga adab bukan hanya tentang hubungan antara manusia dengan manusia, melainkan juga manusia dengan dirinya sendiri, dan secara lebih luas manusia dengan segala Ciptaan Tuhan, dan secara transendental dengan Penciptanya,

Tadbir berbasiskan Adab Sebagai Kerangka Teori Manajemen Islam
Memasukkan adab dalam proses tadbir membentuk sebuah proses manajemen yang bertolak-ukur pada kebenaran dan keadilan, yang dapat diistilahkan dengan “virtuous management”(6). Karakterteristik manajemen yang dihasilkan dalam kerangka tadbir dan adab, sbb:

  1. Pengenalan dan pengakuan yang tepat pada aspek teori dan praktik dalam manajemen sebagaimana juga dengan setiap elemen yang terdapat dalam setiap aspek.
  2. Pengenalan dan pengakuan yang tepat pada ragam macam dan tingkat dari tujuan-tujuan (goals).
Tujuan atau sasaran yang ditetapkan manajemen harus dievaluasi melalui kacamata adab, ditempatkan pada tempat yang tepat, membentuk suatu sistem hierarki yang kemudian menentukan metode dan strategi yang berbeda dalam keputusan manajemen. Terdapat pembedaan dalam hasrat (desire) alamiah dan hasrat yang ingin didapat, antara kebutuhan dasar (dharuriyah), keinginan (hajiyah), dan pelengkap (tahsiniyah). Dalam Islam tujuan terakhir (ultimate goal) adalah memperoleh kebahagiaan dengan melihat Allah swt di hari akhir. Untuk alasan inilah maka tidak ada mengejar tujuan yang bersifat tidak agamis, atau didorong oleh pertimbangan pragmatis dan azas manfaat.
3. Pengenalan dan pengakuan yang tepat pada ragam wewenang dan strata dalam manajemen dengan memberikan perhatian khusus secara mengakar pada diri pribadi.
Penjelasan yang saksama tentang ini dapat dipahami dengan memperhatikan perkataan al-attas, “Maksud dan tujuan etika di dalam Islam pada akhirnya adalah untuk perseorangan,” dan “Kita mengetahui bahwa di dalam analisa terakhir (ultimate) adalah selalu untuk diri pribadi,” dan “…setiap orang pada kenyataannya memang harus memikirkan dan berbuat untuk keselamatan nya sendiri, karena tiada orang lain dapat dibuat bertanggungjawab atas perbuatan-perbuatannya.”(7) Apa yang dimaksudkan ini oleh al-Attas, dijelaskan oleh Prof. Wan Mohd Noor Wan Daud, “walaupun dalam analisis terakhir, kesuksesan dan kebahagiaan utama dari seseorang adalah bersifat pribadi, ranah dalam mencapainya tidak dimaksudkan terbatas pada aspek pribadi tetapi menggabungkan beraneka segi perannya: sebagai anak kepada orang tua, pekerja dalam perusahaan, suami, saudara, warga negara dan anggota dari komunitas internasional.”
Dengan dasar ini maka masalah-masalah yang timbul atas dasar kecurigaan dan ketidakpercayaan seperti, antara pemilik modal dan pelaksana (principal-agent problem), antara manajemen dan bawahan, dan sejumlah permasalaah lainnya dapat diposisikan dengan tepat dan diselesaikan dengan baik.

Penutup
Manajemen berbasis adab dapat menjadi sebuah jawaban atas manajemen yang dikembangkan barat yang mengakar pada “liberal art(8)–disebut “liberal” karena manajemen berurusan dengan pokok-pokok ilmu, pengetahuan tentang diri, kebajikan, dan kepemimpinan; “art” karena berkenaan dengan praktik dan aplikasi – setiap kata kunci tersebut didewesternisasi, dihilangkan makna-makna yang lahir dari pandan-hidup Barat, untuk kemudian dilakukan pemaknaan kembali menurut pandangan-hidup Islam, sebagaimana yang telah dilakukan sebagiannya diatas.
1 Makalah ini merupakan review atas tulisan, Ismail, M. Zaidi. Tadbir and Adab As Constitutive Elements of Management: A Framework For Islamic Theory of Management. Al-Shajarah. KL: Istac, 2000.
2 Griffin & Ebert, Pengantar Bisnis, Jakarta: Prenhallindo, 2002, hlm.154. Buku referensi awal untuk semua anak FEUI.
3 Drucker, Peter F. The Essential Drucker: Selections From the Management Works of Peter F. Drucker. HarperCollins Publisher. 2001. hlm. 10.
4 Ismail, Op. Cit. hlm. 323.
5 Al-Attas, S.M.N. Konsep Pendidikan Dalam Islam. Pent. Haidar Bagir. Bandung: Mizan. 1990. hlm. 63
6 Al-Attas, S.M.N. menyebut, “all Virtue (kebajikan/fadilah) are religious” (Prolegomena to The Metaphysics of Islam. KL: ISTAC. 2001, hlm. 34)
7 Al-Attas, S. M. N. Islam dan Sekularisme, Bandung: Penerbit Pustaka. Hlm. 334
8 Drucker, Op. Cit. hlm. 13

Wednesday, March 4, 2009

Maret Sore

Maret sore di kantor bareng-bareng mahasiswa abadi sedikit hujan dan keerroran komputer dengan kehausan sangat tanpa galon yang masih di rektorat.

Sekret ini harus ditata menjadi tempat yang cozy buat baca dengan karpet yang tebal dan bantalan untuk bersandar bersuasana dingin ace dan air mineral yang sehat. Pake hijab?? gak ah ya ah biarlah biar bisa duduk berdampingan bersama-sama mahasiswa abadi yang mahasiswa baru dipojok aja. Kakak, kakak, tolong ambilin buku yang itu! Ya nanti, sekalian dibacain mau gak? Wkk..

Celoteh di depan kiwil yang bikin makin mengeyel.

Sunday, March 1, 2009

Ahad AHA..!!!

Siang ahad ini setelah latihan, sengaja ke Sekret menindaklanjuti informasi yang kamis lalu diberikan Dosen. 'Pipit' dan 'komnas perempuan' kata kunci informasi tersebut.
Berselancar dan berkacamata sekian jam, gak banyak yang didapat dari kata kunci itu. Tapi, AHA..!! melintas terbang seekor burung pipit di layar monitor.
Pipit yang lama berlalu dari semesta pikiran otak ini. Melingkari namanya kata kunci yang akrab dengan lingkaran hidup saya; guru, penulis, gagas, single, cantik, baik.
semuanya baik, cuma gagas yang merupakan mimpi buruk.

Seberapa tinggi kamu telah terbang?
Apa sedalam aku menyelami dunia?
Ceritakan padaku apa yang kamu lihat, akan ku tunjukkan makna yang terdalam.
Sejauh mungkin kamu terbang, perlu dahan untuk kamu hinggap.
Semoga itu Saya...

Wednesday, January 28, 2009

Me in Design


designed by: askfajr

Monday, January 26, 2009

Obor dan Mata

Seperti orang yang berjalan di dalam gua gelap kelam

Tak ada gunanya obor yang menyala, kalau mata itu buta
Tak ada gunanya mata yang menatap, jika obor itu padam

Obor itu adalah Wahyu
Mata itu adalah Akal

Sunday, January 25, 2009

The Professors

Cek langsung ke blog sumber
http://inci73.multiply.com/photos/album/110/Professors#