Sunday, April 28, 2013

Khotbah Socrates


Alangkah dalam artinya pertahanan diri dan pembelaan yang diucapkan oleh "mu'allim awwal" ini dihadapan Hakimnya, seketika dijatuhkan hukuman bunuh, sebab mempunyai pendapat berlainan dengan pendapat umum pada ketika itu. Sebab pendapat umum ialah Tuhan itu banyak, sedang pendapat Socrates, Tuhan itu hanya satu, Yang Maha Esa!

Dia berkata, "Wahai hakim-hakimku, saya telah dijatuhkan hukuman bunuh. Maka inilah nasehatku yang penghabisan! Hendaklah tuan-tuan menghadapi maut sebagai yang saya hadapi ini. Jangan ada pikiran tuan-tuan kepada yang lain, melainkan kepada haqiqat maut. Yakinlah bahwa orang yang telah berbuat baik, tidak akan kenal arti takut, baik di waktu hidupnya apalagi setelah wafatnya. Tuhan tidak akan meninggalkannya selama-lamanya.

Bukanlah bahaya yang menimpaku ini datang dengan tiba-tiba saja (toevalig) tetapi semuanya menurut qadar. Dan saya percaya bahwa ini saat kematianku itu lebih baik rasanya bagiku dari pada hidup yang penuh kesudahan ini. Saya tidak menyimpan dendam kepada orang yang menghukumku atau yang menuduhku. Cuma yang saya sesalkan, hanyalah lantaran hukuman itu mereka jatuhkan tidak dengan maksud baik, tetapi dengan maksud jahat. Namun begitu, maka sangka-sangka mereka itu telah salah, mereka tidak berdiri atas kebenaran.

Cuma sebagai orang yang akan mati, ada petaruh yang akan saya tinggalkan, harap tuan-tuan paparkan setelah saya mati!

Wahai orang Athene semuanya! Bilamana putera-puteraku dewasa kelak, bila tuan-tuan lihat anak-anak itu tidak mengacuhkan kebenaran, tidak berjalan yang lurus dalam hidup mereka, lebih dipengaruhi oleh harta benda dari mengejar keutamaan budi, hendaklah tuan-tuan siksa mereka, sebagai saya tuan-tuan siksa ini. Jika mereka menjadi sombong, mereka sangka diri mereka berharga. Padahal tidak ada harga mereka sepeser juga., maka azablah mereka sebagai tuan-tuan mengazab saya ini. Kalau petaruh ini tuan-tuan jalankan, barulah tuan bernama adil terhadap diriku dan anak-anakku.

Sekarang, sekarang telah dekat saat perpisahan. Hendaklah kita memilih jalannya masing-masing. Saya menuju maut, tuan-tuan menuju hidup. Tetapi siapakah yang sebenar-benarnya bahagia lantaran menempuh jalan masing-masing itu di antara kita? Hanya Allah Yang Maha Esa yang lebih tahu.

Hamka. 1982. Dari Lembah Cita-cita. Jakarta: Bulan Bintang. Hal. 55-56

Thursday, April 18, 2013

Jawaban atas Keluhan (Jawab-e-Shikwa)



Kata yang keluar dari hati tidak akan gagal memberi dampak;
Suci dan murni sifat alami mereka, pada keluhuran agung pandangan mereka berada.
Mereka tidak bersayap namun mereka mampu untuk terbang.
Mereka bangkit dari debu dan menusuk angkasa.
Sangat degil dan kurang ajar adalah cintaku, begitu banyak kerusakan tunduk.
Sangat  lantang keluhanku, sampai robek cakrawala.

Kubah tua surga mendengar. Ada seseorang di suatu tempat, katanya.
Planet-planet berbicara, di sini di ketinggian purba seseorang itu.
Bukan di sini, ucap bulan, itu pasti seseorang berasal dari kerendahan bumi.
Bima sakti berkata, itu pasti seseorang tersembunyi di sini yang tidak kita ketahui.
Hanya penjaga surga mengerti beberapa keluhanku

Dia bahkan mencemooh Allah, ia telah menjadi begitu bangga;
Apa dia Adam yang sama yang kepadanya para malaikat bersujud?
Dia mengetahui sesuatu, kuantitas dan kualitanya.
Ya, ini dia tahu, namun tidak rahasia dari kerendahan hati.
Kekuatan lisan mereka selalu bangga memamerkan.
Tapi karena gaya bicara mereka menjadi cukup tolol.

Suara berkata: Kisahmu memang penuh dengan lara
Air matamu gemetar di tepi dan siap untuk mengalir.
Tangismu dalam ratap langit telah berdentang;
Apa licik hatimu yang berapi-api telah kau pinjamkan kepada lidah
Begitu fasih kau kata gugatanmu, kau membuatny seolah doa.
Untuk berbicara dalam istilah yang setara dengan kami, manusia naik pada ketinggian langit

Nirbatas adalah anugerah Kami, namun tiada yang berharap padanya.
Tiada sesiapa pada jalan para pencari; pada siapa Kami menunjukkan jalan?
Tiada satupun terbukti pantas dengan perlakuan yang membuat mereka tinggi.
Jika ada satu yang pantas, Kami angkat dia ke kemegahan kerajaan,
Kepada mereka yang mencari, Kami akan menyibakkan ketakjuban dunia baru

Kamu tak punya kuasa dalam genggamanmu; pada hatimu tiada Tuhan bersemayam;
Atas nama rasul-Ku, kalian telah membawa aib.
Penghancur tuhan-tuhan palsu telah hilang; hanya pembuat berhala memarak;
Anak-cucu Ibrahim telah meninggal; Benih kemusyrikan Azar bertahan.
Keasingan kawan yang kau jaga; dari tong baru anggur tua kamu tuang;
Kau telah membangun kabahmu sendiri dengan berhala baru sebab kamu adalah dirimu yang baru.

Terdapat hari-hari lampau saat Allah kamu hargai sebagai keagungan;
Bunga Tulip Islam adalah kebanggan gurun pada saat mekar.
Terdapat hari-hari lalu saat setiap muslim mencintai satu-satunya Allah yang mereka kenal.
Pada suatu waktu Dia adalah kekasihmu; Kekasih yang sama yang saat ini kau bilang palsu.
Sekarang pergi dan ikat imanmu untuk sembah kepada beberapa tuhan lokal
Dan  penjarakan Muhammad mengikut kepada beberapa orang local.

Siapa yang menghapus lapisan kepalsuan dari lembaran sejarah?
Siapa yang membebaskan manusia dari rantai perbudakan?
Lantai Ka’bah-Ku oleh dahi siapa disbersihkan?
Siapa mereka yang menggenggam Qur’an-Ku dalam dada mereka?
Leluhurmu lah mereka itu: Beritahu Kami siapa kamu, Kami berdoa?
Dengan tangan barpangku kamu duduk menunggu fajar hari yang lebih baik.

Satu-satunya orang di dunia yang kehilangan setiap kemampuannya adalah kamu.
Satu-satunya ras di dunia yang tidak peduli kebusukan sarangnya adalah kamu.
Timbunan rumput kering yang didalamnya menyembunyikan cahaya api adalah kamu.
Yang suka menjual nisan bapaknyanya adalah kamu.
Jika sebagai penjual nisan kamu telah sedemikian masyhur.
Apa yang dapat meghentikanmu menjual batu buatan tuhan?

Beban berat cahaya fajar, bagaimana kebencian kau timbul?
Mengapa protes kau mencintai Kami? Adalah mimpi yang kau hargai.
Pada riang ruhmu puasa ramadhan menjadi tekanan berat;
Tanya pada dirimu  dan jawab: Inikah jalan keiimanan?
Orang terikat pada iman; tanpa iman mereka menjadi berakhir;
Jika tiada yang mengikatmu, kau seumpama meteor, bukan bintang di galaksi.
Penasehatmu belum matang: tidak ada substansi yang mereka khotbahi.
Hanya ritual panggilan kepada pendoa; ruh Bilal telah lenyap.
Tidak ada akhir dalam berfilosofi; Diskursus Ghazali tetap tak terbaca.
Kini ratapi masjid-masjid kosong. Tidak ada jamaah mengisi dengan doa.
Orang-orang seperti kaum terhormat Hijaz tidak lagi di sana.

Kalian adalah satu ummat, kau berbagi bersama kebaikan dan dukamu,
Kalian punya satu iman, satu kepercayaan dan satu hutang kesetiaan kepada Nabi.
Kalian punya satu Ka’bah suci, satu Tuhan dan satu kitab suci, al-Qur’an,
Apa begitu sulit menyatukan dalam satu komunitas setiap Muslim?
Ini adalah faksi-faksi pada satu tempat; divisi-divisi ke dalam kasta-kasta yang lain.
Di saat ini inikah jalam menuju kemajuan dan kemakmuran?

Kalian semua minum anggur memanjakan tubuh, membawa hidup mudah tanpa perjuangan.
Kamu berani memanggil dirimu Muslim? Inikah jalan hidup seorang Muslim?
Kamu tidak mengambil kesetiaan Ali pada kemiskinan, tidak juga jalan Usman mencari kekayaan;
Hubungan jiwa macam apa yang ada antara leluhurmu dan kau?
Sebagai Muslim leluhurmu dihormati;
Kamu menyerahkan al-Quran dan dunia menolaknya.

Allama Mohammad Iqbal

Jawab-e-Shikwa (The answer to the complaint)
Translated into english by Khushwant Singh
Alih bahasa oleh saya

Friday, April 12, 2013

Jaman Wis Akhir

Kalau yang sunyi engkau anggap tiada, maka bersiaplah terbangun mendadak dari tidurmu oleh ledakannya. Kalau yang diam engkau remehkan, bikinlah perahu agar di dalam banjir nanti engkau tidak tenggelam.

Kalau yang tidak terlihat oleh pandanganmu engkau tiadakan, bersiaplah jatuh tertabrak olehnya. Dan kalau yang kecil, kalau yang kecil engkau sepelekan, bersiaplah menikmati kekerdilanmu di genggaman kebesarannya.

*****

Kalau memang yang engkau pilih bukan kearifan untuk berbagi, melainkan nafsu untuk menang sendiri, maka terimalah kehancuran bagi yang kalah dan terimalah kehinaan bagi yang menang.

Kalau memang yang mengendalikan langkahmu adalah rasa senang dan tidak senang, dan bukannya pandangan yang jujur terhadap kebenaran, maka buanglah mereka yang engkau benci, dan bersiaplah engkau sendiri akan memasuki jurang.

*****

Jaman wis akhir, jaman wis akhir bumine goyang
Akale njungkir, akale njungkir negarane guncang
Jaman wis akhir, jaman wis akhir bumine goyang
Akale njungkir, akale njungkir negarane guncang

Awan berarak, nyawa manusia berserak-serak
Badai menghantam, laut terbelah, bumi terpecah
Orang bikin luka, orang menganiaya diri sendiri
Sirna akalnya, lenyap imannya, hilang jejaknya

Jaman wis akhir, jaman wis akhir dunyane sungsang
Makmume gingsir, makmume gingsir, imame ilang
Jaman wis akhir, jaman wis akhir dunyane sungsang
Makmume gingsir, makmume gingsir, imame ilang


Orang menangis, keranda berbaris di bawah gerimis
Hamba bersimpuh, hamba bersujud, ngeri dan takut
Orang mencakar, orang menampar wajahnya sendiri
Hamba terkapar, jiwa terbakar oleh sepi

Jaman wis akhir, jaman wis akhir langite peteng
Atine kafir, atine kafir uripe meneng
Jaman wis akhir, jaman wis akhir langite peteng
Atine kafir, atine kafir uripe meneng


Duh Gusti Allah adakah sisa kasih sayang-Mu
Hamba celaka, hamba durhaka tidak terkira
Di manakah hamba sembunyi dari murka-Mu
Selain dalam tak terbatasnya cinta kasih-Mu

Jaman wis akhir, jaman wis akhir banjire bandang
Sing mburi mungkir, sing mburi mungkir sing ngarep edan
Jaman wis akhir, jaman wis akhir banjire bandang
Sing mburi mungkir, sing mburi mungkir sing ngarep edan


*****

Kalau memang yang bisa engkau pahami hanyalah kemauan, kepentingan, dan nafsumu sendiri, dan bukannya kerendahan hati untuk merundingkan titik temu kebersamaan, maka siapkan kekebalan dari benturan-benturan dan luka, untuk kemudian orang lain menggali tanah untuk menguburmu.

*****

Monolog: Emha Ainun Najib
Lagu: Kiai Kanjeng
Sumber

Tuesday, April 9, 2013

METAFISIKA ARISTOTELES

Cacatan Kuliah II Filsafat Syed Muhammad Naquib al-Attas
INSISTS, Kalibata, Jumat, 5 April 2013 / Jumadil 1413
Pemateri: Ust. Adnin Armas, MA.

Filsafat kaum muslimin tidak lepas dari Filsafat Aristoteles. Karena tantangan filsafat datang dari pandangan Aristoteles. Sedang Filsuf lain sebelum Aristoteles, telah  terangkum dalam karya-karya Aristoteles.  Jika kita hendak memahami filsafat Islam maka harus pula mempelajari filsafat barat agar mengerti konteks pembicaraan. Misal, ketika Naquib Al-Attas menyebut bahwa Tuhan tidak termasuk dalam 10 Kategori. Maka 10 Kategori yang dimaksud merujuk pada metafisika Aritoteles pada Organon (Logika). Meski demikian, filsuf muslim mempunyai konsep yangg berbeda dan memasukkan konsep-konsep baru pada topik pembahasan yang sama dengan filsafat barat. 
Meta artinya setelah, Fisika artinya mengenai alam. Aristoteles tidak menggunakan istilah metafisika , penamaan metafisika merupakan istilah dari penyunting. Aristoteles menggunakan istilah First Philosophy, Sophia/wisdom, Being Qua Being, Theologike. Sophia merupakan ilmu yang membahas dasar-dasar sesuatu. Aristoteles mengarang 14 makalah tentang metafisika. A, α, B, t, Δ, E, Z, H, Θ, I, K, Λ, M, N.
Metafisika berbeda pembahasan dengan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. IPA membahas sesuatu dalam kaitannya dengan hukum alam, sebagai sesuatu yang bergerak dan mengalami perubahan. Saintis mengkaji sesuatu melalui pergerakan (study thing qua movable). Pakar Matematika mengkaji sesuatu melalui yang dapat dihitung dan diukur (countable and measurable). Sebaliknya, para metafisis mengkaji sesuatu dengan cara yang lebih umum dan abstrak, qua beings. Jadi Filsafat Pertama mengkaji sebab-sebab dan prinsip-prinsip wujud melalui wujud (First philosophy studies the causes and principles of beings qua beings).
Aristoteles (384-323 SEB) memaparkan para pemikir sebelumnya yang berupaya mencari Prinsip Pertama dan Penyebab segala sesuatu. Socrates, Plato, Parmenides, Anaximendes, dlsb.  Plato tidak banyak membahas metafisika melainkan Fisika, tentang alam.
Thales menyatakan air (udatodes) adalah penyebab segala sesuatu. Anaximender berpendapat dari tak hingga  (apeiron). Anaximenes beranggapan dari udara (air). Hippasus dan Heraclitus menyatakan api (puur), sedang Empedocles menambahkan tanah  (geiros) sehingga menjadi empat unsur, air, udara, api, dan tanah. Democritus berpendapat adalah atom, yang tak terbelah, sebagai  sumber benda-benda yg ada. Pitagoras berpendapat dibalik segala sesuatu ada angka yang mampu menjelaskan semuanya, seperti musik. Parmanides yang mendasar menjadi itu adalah eksisten, maujud, ketiadaan itu tidak ada. Aristoteles berpendapat alam ide adalah wujud yang nyata.
Mereka semua berbicara tetnang hakikat wujud. Ma hiya? Apa yang paling mendasar dari wujud? Persoalan wujud ini akan membawa permasalahan yang lain. Apa yang membedakan wujud dengan sifat? Sebab-akibat. Universal-partikular, Satu-Banyak, Potensialitas-Aktualitas, Keharusan-Kemungkinan.
Ilmu yang membahas wujud adalah Ontologi (Onthos = Wujud / Loghos = ilmu). Ambil contoh Laptop. Laptop bisa berwarna merah dan lainnya, besar dan kecilnya, sedang ditaruh terbuka atau tertutup. Tapi sifat-sifat itu bukanlah hakikat wujud laptop itu sendiri. Untuk dapat membahas wujud (ontologi) ini, kita perlu mempelajari ilmu-ilmu lain. Awalnya adalah logika/mantiq, kosmologi, kemudian Fisika ilmu tentang alam, baru kemudian metafisika/ontologi.
Pembahasan Metafisika adalah tentang wujud. Seringkali kita bertanya, apa itu pulpen, apa itu buku, apa itu mobil? Metafisika tidak membahas ini, karena itu akan menjadi pertanyaan partikular. Metafisikan membahas yang lebih universal, apa itu wujud? Yang kita bilang itu ada itu apa? Apa itu apa? Ma hiya? Ketika kita akan membahas sesuatu, kita perlu logika untuk mencapai kejelasan.

Logika
Ontologi Aristoteles menyaratkan Logika. Wujud dapat dipahami dengan 10 Kategori. 10 Kategori tersebut dapat dilihat dalam karyanya Organon. Kesepuluh kategori itu adalah Substansi (uwsia), Kuantitas (poson), Kualitas (poion), Relasi (prosti), Aksi (poyein), Pasif (pasyein),  Di mana (tru), Kepemilikan (exein), Kapan (pote), Posisi (keistai). 10 Kategori tersebut dibagi menjadi dua bagian besar, Substansi (uwsia) dan Aksiden (sumbebekos) yang meliputi 9 kategori lainnya.
Substansi adalah makna yang paling dasar dan definitif, yang tidak disifatkan kepada subyek (pribadi) dan juga tidak hadir di dalam subyek. (Substance, in the truest and primary and most definite sense of the word, is that which is neither predicable of a subject nor present in its essence). Aksiden disifatkan ke dalam subyek dan ada di dalam subyek.
Istilah-istilah di atas jangan dimaknai dengan pengertian umum yang kita jumpai di keseharian meski kata itu sama. Substansi itu bukan isi, kualitas bukan cuma bagus atau tidak, tapi sakit, bahagia juga termasuk. Kuantitas membahas tentang banyaknya, bentuknya. Penyebutan istilah yunani kuno digunakan untuk mengingatkan kita kepada pengertian awal dalam penggunaan istilahnya. Contoh, manusia sebagai genus, universal, yang mendasar, adalah uwsia. Manusia bernama Reza adalah yang manusia ganteng, pakai baju garis-garis, berwarna sawo matang, sebagai aksiden, yang partikular, yang spesies. Perubahan itu ada karena ada sesuatu, dari tidak ada menjadi ada. Sesuatu yang secara mendasar tidak ada, tidak mungkin menjadi ada
Ini merupakan bab pertama dari organon yakni Logika dan 10 Kategori, untuk menjelaskan secara jelas apa yang sedang dibicarakan. Fakhruddin ar-Razi dan Ibnu Sinna ketika menulis Asy-Syifa’ diawali dengan menuliskan bab logika atau mantiqiyah, baru setelah itu tentang alam (thabi’iyah) setelah itu ilahiyat (metafisika).

Ta Fusika, Konsep Alam Aristoteles
Dalam karyanya Ta Fusika, Aristoteles mengkritik para pendahulunya. Seperti tadi dipaparkan sebagian filsuf yunani berpendapat tentang asal-mula penciptaan alam dari air, udara, api, tanah, atau gabungan dari unsur-unsur tersebut. Alam ini bukan terbentuk atas dari satu unsur atau empat unsur, tetapi dari lima unsur, ditambah satu ether. Hayuula/ether adalah materi yang pertama, bintang-bintang dan galaksi. Benda-benda angkasa terbuat dari ether, sedang yang dibumi adalah empat unsur yang lain. 
Aristoteles membahas perubahan. Perubahan adalah sesuatu yang terjadi dari yang sebelumnya tidak terjadi. Perubahan selalu terjadi dari sesuatu yang ada.  Seperti bangku yang berasal dari kayu. Perubahan bukan berasal dari sesuatu yang tidak pernah sama sekali terjadi. 
Menurut Aristoteles terdapat 3 hal saat mengkaji alam yang diabaikan oleh para filsuf sebelumnya. Ketiga hal tersebut adalah form, matter, dan privation. Baginya semua benda di alam mengalami perubahan, dan segala perubahan tersebut dapat dianalisa ke dalam tiga konteks tersebut.
Aristoteles juga berpendapat bahwa ruang, waktu, gerak dan benda tidak dapat terdiri dari atom, seperti pendapat Demokritus dan para mutakalimun percaya kepada atom. Ruang, waktu, gerak, dan magnitude adalah dapat dibagi menjadi tak hingga, mendapat dukungan dari Ibnu Rushd dan Ibnu Sinna. Saat sesuatu dibagi terus tanpa hingga, sehingga pada akhirnya ini adalah konsep yang berlaku konseptual. Menurut mutakalimuun seprti Ar-Razi, waktu adalah bersifat atomik, waktu adalah atom. Anggap waktu dibagi menjadi masa lalu, sekarang, dan masa  depan.  Apa yang disebut sekarang, segera menjadi masa lalu. Menurut aristoteles alam adalah finite, akan berakhir. 

Metafisika
Metafisika adalah ilmu yang membahas tentang dasar-dasar dan sebab-sebab wujud. Apa beda dengan ontologi? Bisa disamakan, bisa metafisika lebih luas. Pembahasan wujud tidak dapat dipisahkan dari 10 Kategori yang telah dipaparkan dalam Kategoriae dalam Organon. Pembahasan wujud dalam metafisika mencakup Substansi dan Aksiden, Sebab dan Akibat, Satu dan Banyak, Sebelum dan Sesudah, Potensialitas dan Aktualitas, keharusan dan kemungkinan.
Menurut Aristoteles dalam metafisika, substansi adalah “that which is primaly the what”. Artinya, substansi adalah eksistensi yang berdikari sendiri. Substansi ada yang movable dan ada yang immovable. IPA akan menjadi Filsafat Pertama sekiranya tidak ada yang immovable (seperti jiwa dan Tuhan). Namun, karena substansi ada yang immovable, maka Teologi-lah yang menjadi Filsafat Pertama. Substansi yang abadi tidak digerakkan dan terpisahkan dari benda-benda yang dipersepsikan indera. Substansi yang abadi ini tidak memiliki magnitude, bagian-bagian, dan tidak dapat dibagi. Bagi Ibnu Sinna, substansi ada 4 yakni ule (materi), morfe (bentuk), ule kai morfe (materi dan bentuk), dan psyche (jiwa).

Sebab-Akibat
Segala sesuatu ada karena ada sebabnya. Bagi Aristoteles ada 4 sebab yaitu sebab materi (semen, pasir, bata), sebab bentuk (rumah), sebab akhir (tujuan dari membuat rumah), dan sebab pembuat (arsitek). Sebab akhir menjadi sebab paling utama, paling tinggi. Sebab-sebab lain digerakkan oleh sebab akhir/tujuan. Ketika kita wujud kita juga harus membahas akibat.

Satu dan Banyak
Makna Satu adalah homonim. Ia dapat menjadi satu yang tidak mengandung aspek lain/banyak seperti Tuhan atau titik, atau satu yang mengandung aspek banyak seperti satu manusia tapi bisa ada tambahan dari manusia yang lain. Jika memuat aspek banyak, maka aspek banyak tersebut bisa aktual atau potensial. Ia aktual saat berbagai hal bersatu menjadi keseluruhan. Ia potensial karena kuantitas yang berterusan sebenarnya adalah satu, tapi dapat dibagi secara potensial.  Dalam konsep universal, misal banyak spesies di bawah satu genus, dan banyak individu adalah satu spesies.
Sesuatu yang bukan satu adalah banyak. Banyaknya sesuatu dapat dipisahkan berbeda, berlawanan atau bertentangan.  Ada empat jenis yang berhadap-hadapan (opposition). 1) wujud X berhadapan dengan bukan X (misal, manusia dan bukan manusia). 2) berhadapan dalam relasi (misal, teman, ayah, anak). 3) berhadapan antara keadaan (habitude) dan ketiadaan (privation) (misal, gerak dan diam). 4) berhadapan antara yang berlawanan (misal, kedinginan dan kepanasan).

Sebelum dan Sesudah
Aristoteles menyebut 5 bentuk ‘lebih dulu’, yaitu pertama, ‘lebih dulu’ sebelum menurut waktu. Kedua, sebelum yang tidak dapat terbalik seperti ‘satu’ lebih dulu dari ‘dua’. Urutan tidak dapat dibalik. Ketiga, ‘lebih dulu’ digunakan dalam sains dan orasi. Misal, ada yang lebih dulu dalam susunan. Huruf lebih dulu dari kata. Keempat, lebih dulu secara alami. Kelima, lebih dulu seperti sebab lebih dulu dibanding akibat. Seperti, manusia lebih dulu bergerak daripada bayangan, Tuhan lebih dulu dari alam.

Partikular dan Universal
Menurut Aristoteles, sesuatu yang universal itu ada dalam pikiran, bukan dalam kenyataan. Jadi kemanusiaan (humanity) dan kejiwaan (animality), misalnya, ada dalam pikiran seseorang. Sebuah universal menjadi partikular dengan perbedaan yang khusus (specia differentia). Kejiwaan ada dalam manusia dan hewan. Sedang akal adalah perbedaan khusus dari manusia yang tidak turut campur dengan hakikat dan esensi dari kejiwaan, jika akal turut campur maka kuda tidak akan wujud.

Potensialitas dan Aktualitas
Apa yang wujud nyata disebut aktual (entelekia). Apa yang tidak wujud tetapi ada kemungkinan wujud, disebut wujud secara potensial. Apa yang wujud secara potensi bukanlah substansi, karena ia tidak wujud dengan sendirinya; ia wujud dengan sesuatu yang memiliki wujud secara potensial. Ada dua jenis potensial: (1) Potensial aktif, keadaan yang wujud dalam pelaku yang memungkinkan bagi pelaku untuk beraksi, misal panasnya api (potensial pasif); ini adalah keadaan sesuatu yang membuatnya sebagai wadah bagi sesuatu yang lain. Potensial aktif juga mengindikasikan hanya aksi. Misal, panas memiliki daya untuk menyebabkan pembakaran, ia tidak dapat mnyebabkan tidak kebakaran. (2) Potensial yang mengindikasikan keduanya, misal manusia memiliki potensi untuk melihat atau tidak melihat, sesuai kemauannya. Bagaimanapun, ketika kemauan ikut serta kepada potensialitas dan tidak ada halangan yang menghalangi, maka sesuatu yang aktual harus akan ada. Misal, alam harus ada karena tidak ada halangan baginya untuk ada. Apa Tuhan tidak mampu menciptakan alam? Dulu Tuhan tidak mau, sekarang mau? Memangnya Tuhan itu manusia berubah-ubah kemauan. Maka alam harus ada. 

Keharusan dan Kemungkinan 
Wujud sesuatu adalah kewujudannya, (1) yang keharusannya bagi dirinya, atau (2) tidak mungkin bagi dirinya, atau (3) mungkin bagi dirinya. Apa yang tidak mungkin bagi dirinya akan tidak pernah wujud. Jadi, bagi sesuatu untuk wujud, ia harus mungkin bagi dirinya. Selanjutnya, jika ada sebab, wujudnya menjadi keharusan. Jika sebab tidak ada, ia menjadi tidak mungkin. Apa yang wujud, tetapi bukan dengan keharusan, maka ia adalah mungkin bagi dirinya (contigent by itself). Tetapi, ia bukan mungkin dengan sesuatu yang lain, yaitu, ia dibuat wajib dengan sebab bagi wujudnya. Ini intinya nanti, fenomena yang ada dibagi tiga, ada yang mungkin, ada yang tidak mungkin, ada yang wajib. Ini terkait dengan eksistensi dan esensi. Eksistensi sesuatu yang mungkin disebabkan oleh sesuatu sebab yang lain, seperti yang ada pada alam. Berbeda dengan Dia, sang Pencipta, eksitensinya tidak bergantung kepada yang lain, dia tidak disebabkan oleh lainnya.

The Unmoved Mover
Apa yang wujud dengan keharusan bagi dirinya (wujud yang harus), adalah wujud tanpa ada penyebab apapun (prima causa/uncaused cause). Jika tidak begitu, maka apa yang wujud itu tidak wujud oleh dirinya sendiri. Jadi, wujudnya tidak disebabkan oleh penyebab apa pun. Ia juga tidak banyak di dalam dirinya. Ia tidak memiliki bagian karena jika itu terjadi, maka the unmoved mover akan memiliki sebab. Ia juga tidak memiliki sifat-sifat (aksiden). Jika sifat-sifat itu ada maka esensi the unmoved mover, akan menjadi bagian darinya. The unmoved mover juga hanya satu. Ia tidak dapat menjadi dua. Karakter the unmoved mover juga hanya satu. The unmoved mover juga tidak mengalami perubahan. Jika ia mengalami perubahan, maka perubahan tersebut memiliki sebab, maka the unmoved mover akan memerlukan sebab. Disebabkan the unmoved mover tidak tergantung kepada sebab apapun, maka the unmoved mover tidak tertakluk kepada perubahan. Esensi dari the unmoved mover adalah eksistensinya. The unmoved mover juga bukan substansi dan juga bukan aksiden. Ia bukan substansi karena substansi memiliki esensi. Ia bukan aksiden karena ia bukan berada di dalam subjek. The unmoved mover tidak termasuk ke dalam 10 Kategori. Eksistensi di dalam 10 kategori adalah aksidental, sedangkan eksistensi the unmoved mover adalah esensi itu sendiri. Jadi, the unmoved mover tidak tergolong kepada genus, dan ia tidak memiliki perbedaan yang khusus, dan ia tidak memiliki definisi. Ia bukan berada dalam sebuah wadah, bukan pula di dalam subjek, ia tidak memiliki yang berlawanan (contrary). Ia tidak memiliki spesies, ia tidak memiliki sesuatu yang sama dengannya. Ia tidak memiliki sebab, jadi ia tidak berubah dan ia tidak dapat dibagi.


*Seluruh tulisan ini mengacu pada pemaparan dan makalah pemateri. Jika ada isi yang tidak tepat, kembali kepada pemahaman saya pribadi.