Thursday, January 14, 2010

Pada Suatu Petang Sehabis Latihan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kan kau dustakan

Sehabis olahraga, secara santai dan penuh kesadaran, kemudian tahu bahwa badan ini dalam keadaan yang prima sesehat-sehatnya.

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kan kau dustakan

Saat menikmati sore, mengembalikan kesegaran tubuh yang berpeluh keringat, sambil menghirup udara bersih sebersih-bersihnya setelah dibasuh hujan.

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kan kau dustakan

Memandang masjidku tercinta dari pantulan permukaan air danau yang sesekali diusik gelombang kecil dari ikan yang berenang ke permukaan.

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kan kau dustakan

Mendengarkan kicauan burung, jangkrik, dan belalang dilatari nyanyian kidung kaum beragama, menutupi bising lalu-lalang lalu-lintas.

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kan kau dustakan

Ketika suara Mu memanggil dengan merdu, dan aku dengan segenap izin-Mu melangkah pasti menuju ke haribaan-Mu.



Suatu Petang Sehabis Latihan

Wednesday, January 13, 2010

Hanyut Arus

Dan pada hari itu aku terhanyut terbawa oleh arus yang selama ini aku jauhi. Arus yang sangat sulit untuk kutantang, yang saking jemunya mencoba dekati, ku jauhi juga akhirnya. Berenang ke tempat air yang tenang, tenang dengan begitu byk orang yg bergerak sangat santai, dan orang-orang yang berleha-leha memasang badanya bak etalase moll pinggir jalan. Nikmat terhanyut lena indahnya bibir pantai.

Dan pada setiap detik yang aku tenggalam pada arus itu, terbentur banyak karang realita, karang yang betul-betul keras yang dapat menghancurkan semua imajinasi yang tengah aku nikmati. Ah dapatkah aku bertahan pada arus ini? Arus keras yang aku tahu ujungnya adalah oase hidup sejati. Ah, adakah jalan lain menuju oase itu tanpa harus bersama arus itu?

Keras itu sendiri hanya ada pada lingkungan luar. Arus itu sendiri indah. Indah dan penuh energi hidup. Bersamanya, aku terlatih untuk menegakkan bahuku, dia memberikan banyak udara agar dapat ku selami indah laut. Dan dengannya dapat ku tempuh bermil-mil lautan, ku terjang karang, ku hempas para duyung. Dan dengan arus itu akan kusemai mutiara-mutiara terindah dan kupersembahkan padanya.

Ah, kapan lagi aku temui arus itu? kapan lg aku bersamanya? kapan dapat ku ikut dengannya?
Dan pada Penguasa Laut, ini aku perenang yang selalu mengikuti setiap arus Mu.

Sunday, January 3, 2010

Pujaan Semesta

Aduhai dinda, aku terpana.
Menatap laku dinda nan ramah.
Adakah dinda juga merasa,
asmara yang aku puja.

Pada wajah yang ceria,
Pada semangat yang menggelora,
Pada ketulusan yang sempurna,
Pada ilmu yang mulia,
Pada hati yang bercahaya,
Betapa dinda pujaan semesta.

Dengan harta tak sebanding
Dengan ilmu tak sepadan
aku debu yang papa
berharap angin membawaku pada dinda
lalu syukur tak kan lelah


2 Jan 09