Belakangan, di stasiun-stasiun TV ramai menggunakan kata "Tiongkok" untuk merujuk berita tentang negara RRC (Republik Rakyat Cina). Apa yang melatari stasiun tv tersebut mengganti kata Cina/China dengan Tiongkok? Mana yang lebih sahih digunakan?
Nenek moyang kita sejak lama menggunakan kata "Cina" untuk menunjuk orang dan negeri dari ras Mongoloid. Itu bisa kita lihat dari beberapa istilah yang kita pakai sehari-hari "petai cina" "pacar cina" "tinta cina". Ada juga peribahasa "kejarlah ilmu sampai ke negeri Cina" yang berkesan baik tentang negeri dan orang Cina.
Tahun lalu, Kedutaan Besar RRC mengeluarkan edaran ke media masa untuk menggunakan kata "China" untuk menulis "Cina. Edaran ini merupakan pemaksaan bersifat politis karena China adalah ejaan yang biasa digunakan pengguna bahasa inggris, sedang lidah melayu, bahasa Indonesia biasa menyebut "Cina". Tidak ada kedutaan besar negara lain yang protes dengan penamaan kita terhadap negera mereka.
Maret 2014, SBY mengeluarkan Keppres untuk mengganti istilah Tjina/Cina/China dengan istilah "Tiongkok". Tiongkok (zhongguo) yang berarti "kerajaan/negeri" dan "pusat" atau "pusat dari peradaban" Penamaan ini bermasalah karena menimbulkan kesan superioritas orang-orang Cina terhadap bangsa-bangsa lain. Demikianlah, SBY!
Maka itu, saya dengan kesadaran diri dan rasa hormat kepada sejarah dan budaya Indonesia memilih tetap menggunakan kata "Cina".
-------------
Bukan anak sastra. Isi tulisan ini disarikan dari berita di:
http://www*tempo*co/read/news/2013/10/20/079523178/Perbedaan-Cina-dan-China-Versi--Remy
http://www*tempo*co/read/news/2014/03/29/078566366/Remy-Sylado-Kritik-Keppres-Soal-Tiongkok
Nenek moyang kita sejak lama menggunakan kata "Cina" untuk menunjuk orang dan negeri dari ras Mongoloid. Itu bisa kita lihat dari beberapa istilah yang kita pakai sehari-hari "petai cina" "pacar cina" "tinta cina". Ada juga peribahasa "kejarlah ilmu sampai ke negeri Cina" yang berkesan baik tentang negeri dan orang Cina.
Tahun lalu, Kedutaan Besar RRC mengeluarkan edaran ke media masa untuk menggunakan kata "China" untuk menulis "Cina. Edaran ini merupakan pemaksaan bersifat politis karena China adalah ejaan yang biasa digunakan pengguna bahasa inggris, sedang lidah melayu, bahasa Indonesia biasa menyebut "Cina". Tidak ada kedutaan besar negara lain yang protes dengan penamaan kita terhadap negera mereka.
Maret 2014, SBY mengeluarkan Keppres untuk mengganti istilah Tjina/Cina/China dengan istilah "Tiongkok". Tiongkok (zhongguo) yang berarti "kerajaan/negeri" dan "pusat" atau "pusat dari peradaban" Penamaan ini bermasalah karena menimbulkan kesan superioritas orang-orang Cina terhadap bangsa-bangsa lain. Demikianlah, SBY!
Maka itu, saya dengan kesadaran diri dan rasa hormat kepada sejarah dan budaya Indonesia memilih tetap menggunakan kata "Cina".
-------------
Bukan anak sastra. Isi tulisan ini disarikan dari berita di:
http://www*tempo*co/read/news/2013/10/20/079523178/Perbedaan-Cina-dan-China-Versi--Remy
http://www*tempo*co/read/news/2014/03/29/078566366/Remy-Sylado-Kritik-Keppres-Soal-Tiongkok