Jika
Jika kepemimpinan bersarang di rahang singa,
Jangan jadi risau. Renggutlah itu dari sang rahang.
Nasibmu nanti akan jaya, terhormat dan besar.
Kalau kamu gagal, hadapilah maut dengan jantan
(Hanzala, Penyair Afghanistan abad ke-9)
Kembang Para SYUHADA adalah buku antologi puisi bertemakan Jihad dan Duka di negeri-negeri kaum muslimin. Puisi-puisi yang diambil berasal dari penyair-penyair Palestina, Afganishtan, dan negeri muslim lainnya, yang diterjemahkan dan sebagiannya dideklamasikan pada berbagai acara kepedulian, Malam Palestina (8/9 82), Mengingat Afghanistan (26-27/10 83), dan Peringatan Iqbal Sehari (2/3 85).
Dari buku ini saya belajar bahwa penyair juga merupakan bagian dari anak bangsa, bagian dari ummat, yang berkontribusi dan berjuang bersama dengan para mujahid dan elemen ummat lainnya menegakkan kemuliaan Islam dan kaum muslimin. Seperti Si Penyair dalam film Tjut Nya' Dien, yang ditugasi oleh Tjut untuk mengobarkan api juang pasukan Atjeh melawan kape-kape Belanda.
Goretan tinta penyair yang berasal dari Palestina dan Afghanistan memberikan gambaran kondisi jiwa penduduk negeri yang terjajah dan terbuang penuh duka, kesedihan, perih, dan asa yang terputus, namun sambil tetap menjunjung harga diri dan kehormatan diri. Mungkinkarena ini hanyaantologi, potongan-potongan sastra, emosi saya belum dapat meluap semeluap saya membaca lengkap Asrar-i-khudi Iqbal. Sehabis membaca Rahasia-rahasia Diri, rasanya saya siap melakukan jihad bom bunuh diri.
Diluar isi buku ini, saya mencermati hal lain yang begitu menarik yakni, sang editor Abdul Hadi WM. Beliau sangat banyak menerjemahkan puisi-puisiyang ada di dalam buku tersebut. Bukankah Abdulhadi ini salah seorang avantgarde sastrawan Indonesia? Ya, setidaknya itu rumor yang saya dengar dari kawan-kawan sastra. Jika seorang Abdul Hadi begitu aktif menerjemahkan karya-karya orang lain, mungkin saya, sebagai orang yang ingin belajar menulis karya sastra, dapat memulai dengan menulis ulang karya sastrawan melayu ke dalam blog ini. Mungkin. Patut dicoba. Bismillah, menuliskan kembali puisi dan syair ke dalam blog yang tidak ditemui di internet.
Darah Meluap
Aku bermimpi:
Suara itu takkan pernah jadi
Suaraku.
Kau adalah mayat terbujur -
Aku darah yang meluap dari peradaban yang terbunuh
Mengobarkan api ajal
Memadamkan api ajal
(Ali Ahmad Said, Penyair Palestina lhr. 1930)
KEMBANG PARA SYUHADA. Abdul Hadi W.M. Penerbit Pustaka Bandung. 1988