Jantung

Beda dengan orang lain, jantungku ini tidak berbentuk seperti jantung, lonjong berurat seperti mangga. Jantung ini beda, dia punya 6 sisi simetris seperti kubus. Mungkinkah? Kalau coba kita lihat dari buku pelajaran biologi atau kedokteran, pasti gak mungkin. Tapi ini betul, betul-betul seperti yang aku raba di dada, aku lihat di kaca.

Setiap sisi dari jantungku ini ada semacam lubang. Bukan sepenuhnya lubang, lubang dengan klep. Satu sisi ada lubang dengan klep yg bisa masuk tdk bisa keluar, ada juga dengan klep bisa keluar gak bisa masuk. Seperti acak tapi teratur, setiap sisi berlainan jumlah lubang. Dari yang berjumlah 1 lubang sampai dengan berlubang 6.

Saatku tahu kejanggalan ini, aku pegang urat nadi di tangan kiri. Masih berdenyut, masih ada darah yang mengalir meskipun jantungnya beda. Selain suara detak jantung yang biasa seperti di tv, ada suara lain yang tidak biasa dari jantung ini. Seperti suara benda jatuh ke lantai, berpantul, berputar, lalu diam. Berterutuk ini kadang ada, kadang tiada. Tapi kadang ini terlalu sering.

Saat bangun tidur, saat selesai makan, saat jalan melangkah, saat nonton, saat fesbukan, saat baca, saat diam, saat nulis, saat naik angkot, saat mau tidur lagi. Seperti tak mau lepas, dia kadang ada kadang tiada.

Pada saat-saat itu, saat suara berterutuk jantung menjadi diam, aku pun berubah. Seketika berubah keruan dan/atau tidak keruan. Keruan ketika jantung dengan sisi 6 di atas, seperti jiwa yang cerah, wajah berseri, dan melangkah pasti, dan semua keoptimisan di dunia ada dalam genggaman. Tidak keruan ketika sisi 1, seakan semua kegelapan di dunia menyelimuti kulit.

Paling repot kalau keruan iya, tidak keruan juga. Ketika jantung bergerak jatuh dengan 3 atau 4 lubang di atas. Mau berdiam, mesti melangkah. Mau langkah, tapi murung. Seperti perahu di tengah badai ombak, meski layar terkembang, perahu malah semakin jauh dari pantai.

Semoga aku dapat bermain dadu dengan Tuhan secara adil.